Respons Solutif Ganjar Pranowo saat Dicecar Pertanyaan oleh Milenial Maluku

Calon presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo dihadapkan pada sejumlah pertanyaan dari kalangan milenial di Kota Ambon, Provinsi Maluku. Pertanyaan tersebut membahas seputar pendidikan, internet gratis, hingga kesulitan akses transportasi laut di Maluku.

Salah seorang pemuda bernama Michael mengungkapkan kegelisahannya mengenai transformasi laut di Maluku. Dirinya merasa bahwa tanah kelahirannya ini mengalami krisis kapal laut dan frekuensi operasional yang rendah
        
"Transportasi laut di daerah saya itu hanya ada satu kapal, kalau satu minggu itu cuma dua kali, dan kalau ada ombak itu susah untuk keluar (beroperasi), itu mohon jadi perhatian, bagaimana Pak?" tanya milenial bernama Michael kepada Ganjar di RM 88 Ambon, Maluku, Senin (29/1/2024).

Ganjar merespons pertanyaan tersebut dengan tegas. Ia memberikan solusi berupa penerapan otonomi asimetris. Ia menyatakan bahwa setiap daerah dengan karakteristik khusus, seperti kepulauan, memerlukan pendekatan yang khusus, termasuk dalam hal transportasi yang berbeda.

"Otonomi asimetris adalah bagaimana dari tiap daerah yang punya kekhususan-kekhususan. Kalau bercirikan khusus, misalnya bercirikan kepulauan, maka sistem transportasi yang mesti dipikirkan bukan bis, bukan kereta api, tapi kapal, pesawat udara karena itu yang bisa menghubungkan beberapa daerah," pungkas Ganjar.

"Itu yang mesti dipikirkan. Kan nelayan kita pelaut, jadi saya kira mengerti bagaimana caranya, tapi seandainya dalam situasi emergency, saya kira yang di udara menjadi pas," lanjut Ganjar.

Mantan Gubernur Jawa Tengah itu pun menyadari bahwa penerapan kebijakan transportasi khusus seperti penggunaan pesawat dapat berimplikasi biaya yang tinggi. Meski demikian, ia memastikan bahwa langkah ini dapat membawa manfaat positif bagi masyarakat, seperti menciptakan peluang pekerjaan dan meningkatkan keterampilan.

"Kalau kemudian banyak daerah ini membutuhkan sistem transportasi. 'Pak kalau satu kapal saja tidak cukup'. Bagaimana kalau 10 kapal. Maka kalau 10 kapal bisa menciptakan lapangan kerja dan turunannya," ujar Ganjar.

Lebih lanjut, Michael juga mencurahkan keluh kesahnya mengenai internet yang susah di wilayahnya. Padahal di kampung banyak yang mengenyam pendidikan di luar daerah.

"Saya punya kampung Internetnya susah, untuk kirim pesan saja bisa satu hari atau dua hari baru bisa terbaca, bagaimana Pak," tanya Michael kembali.

Ganjar pun menegaskan bahwa ia telah merancang program internet gratis untuk siswa, internet yang cepat, murah dan merata di seluruh Indonesia. Harapannya, layanan internet ini dapat mengatasi berbagai masalah, menggugah kreativitas, serta menjadi solusi untuk perbaikan sektor pendidikan.

Admin
0